Sabtu, 22 Januari 2011

MEMPERKOKOH BASIC KEILMUAN MENUJU PERKADERAN YANG SISTEMATIS DAN INTEGRALISTIK


HMI Dalam Jejaring Persoalan

Rentetan sejarah panjang dari awal berdirinya HMI tanggal 5 Februaari 1947 pada tahun 70-80an  memberikan “keharuman” nama besar sehingga pada tahun 80-an HMI sebagai sebuah organisasi mahasiswa begitu sangat familiar. Hal ini didasarkan pada eksistensi dan semangat perkaderan HMI pada masa itu, Kelahiran tokoh-tokoh nasional juga dapat dijadikan salah satu alasan bahwa organisasi ini merupakan organisasi yang konsisten dengan perkaderan. Asas keislaman dan peranya sebagai organisasi perjuangan di tandaskan pada komitmen keumatan, kebangsaan dan kemahasiswaan (Tri komitmen HMI) merupakan garapan yang harus dicapai bagi himpunan ini untuk mewujudkan cita-cita mulia HMI.
Seiring dengan derasnya arus global dan kondisi social masyarakat kini HMI dihadapkan dengan tantangan yang begitu besar baik dalam internal maupun eksternal organisasi. Pada realitas yang demikian ini hendaknya HMI selalu cerdas dalam menjawab semua tantangan-tantangan tersebut. Tantangan internal yang kini dihadapi adalah semakin melemahnya daya intelektualitas kader HMI, semakin menurunnya dimensi nilai-nilai keislaman kader, serta kurang pahamnya aparatur-aparatur organisasi HMI tentang fungsi dan perannya sebagai organisatoris dalam stuktur HMI (dalam hal ini Pengurus). Belum lagi dengan tantangan eksternal yang semakin kompleks, menurunnya minat mahasiswa untuk berorganisasi, kecendrungan kampus yang membuat ruang gerak mahasiswa semakin sempit, serta pengaruh budaya global yang mengarahkan semua individu untuk bersikap individualistic.
Oleh karena itu untuk menjawab tantangan “frontal” tersebut menurut Prof. Dr. Agusalim Sitompul seorang sejarahwan HMI mengatakan bahwa diperlukannya kesadaran kolektif dari person-person anggota HMI dan pengurus secara simultan. Untuk menciptakan kesadaran simultan simultan itu maka Nilai dasar Perjuangan (NDP) HMI, 5 kualitas insane cita HMI dengan 17 indikatornya, 5 ciri kader HMI, 8 macam karakter/kekuatan HMI yang terdapat dalam konstitusi HMI harus diaktualisasikan dalam diri masing-masing kader. Dengan demikian pemberdayaan setiap kader HMi akan tumbuh dengan subur sehingga akan membentuk kekuatan besar dengan semangat kebersamaan untuk membangun kembali HMI seperti halnya pada tahin 70 – 80an.

Agenda Perubahan Berawal Dari Komisariat
Jika hal diatas disadari bagi semua elemen yang ada dalam tubuh HMI maka selanjutnya yang menjadi pemain utama dalam agenda perubahan HMI adalah Komisariat. Mengapa hal ini dimulai dari komisariat ? jawabannya adalah karena pintu gerbang utama pembentukan kader berada dikomisariat, sehingga jika proses di komisariat tuntas dalam menanamkan nilai-nilai yang terkandung dalam HMI maka niscaya apa yang menjadi cita-cita HMI akan tercapai.
Aspek-aspek yang yang harus ditekankan dalam usaha pelaksanaan kaderisasi di komisariat tersebut haruslah diarahkan pada pertama : pembentukan integritas watak dan kepribadian yang terbentuk sebagai pribadi muslim yang menyadari tanggung jawab ke-Khalifahan-nya dimuka bumi ini, sehingga citra akhlakul karimah senantiasa tercermin dalam pola piker, sikap dan perbuatannya. Kemudian yang kedua : pengembangan kualitas intelektual  yang mengarah pada penguasaan dan pengembangan keilmuan, pengetahuan senantiasa dilandasi oleh nilai-nilai Islam.

Komisariat Psikologi Dalam Barisan Perubahan
Komisariat psikologi yang merupakan bagian terkecil dari tubuh HMI memiliki peran yang sangat besar dalam sumbangan kaderisasi di HMI cabang Jogjakarta, hal ini ditandakan dengan semangat yang konsisten dalam hal perkaderan selama 9 tahun didirikanya komisariat psikologi. Berhasil atau tidaknya kepemimpinan komisariat dari masing-masing periode tentunya bukan menjadi tolak ukur yang mendasar dari keberhasilan perkaderan akan tetap proses yang dijalani menciptakan kader-kader yang memiliki sikap kritis terhadap realitas social dimanapun dia berada walaupun tanpa disadari dan diakui bahwa kader tersebut terbentuk dalam proses-proses yang dilewatinya di komisariat. Hal ini juga bukan merupakan hal yang di idealkan dalam perkaderan HMI akan tetapi dengan refleksi tersebut setidaknya dapat dijadikan modal dasar bagi komisariat psikologi untuk mencapai sesuatu yang di idealkan, yaitu kesadaran kolektif kader secara simultan.
Sesuai dengan keilmuan psikologi yang dipunyainya maka potensi keilmuan ini merupakan peluang yang dapat dijadikan modal dasar bagi komisariat bahwa keilmuan psikologi tersebut dapat dijadikan alat perjuangan HMI, karena saat ini kebutuhan masyarakat untuk mengembangkan keterampilan psikologis dalam rangka meningkatkan kualitas hidup individu masyarakat sangat besar. Jika keilmuan psikologi tersebut dimiliki oleh setiap kader Komisariat psikologi yaitu untuk menganalisis fenomena-fenomena social masyarakat, maka ini dapat membantu perjuangan HMI dalam wilayah regional HMI Cabang Jogjakarta tentang gerakan social.
Dengan orientasi yang terencana serta memiliki visi dan misi yang jelas harapan kedepan bahwa komisariat Psikologi dapat memasifkan gerakan intelektual keilmuan dalam rangka menjawab tantangan-tantangan eksternal maupun internal komisariat psikologi, karena arti penting proses perkaderan HMI adalah usaha-usaha yang dilakukan organisasi secara sadar dan sistematis sehingga memungkinkan seorang anggota HMI dapat mengaktualisasikan potensi dirinya menjadi seorang kader muslim-intelektual-profesional yang memiliki 5 kualitas insan cita.

Pra Wacana Orientasi Keilmuan Psikologi Menjawab Persoalan Masyarakat
Saat ini kebutuhan masyarakat untuk mengembangkan keterampilan psikologis dalam rangka meningkan kualitas hidup individu masyarakat sangat besar. Hal ini merupakan salah satu keharusan bagi individu masyarakat dalam menghadapi kompleksitas kehidupan modern. Dari hasil penelitian yang dilakukan WHO (Word Health Organization), bahwa terjadi penurunan 8,1 % tingkat produktivitas masyarakat dunia yang diakibatkan karena ganguan mental. (kompas, 19 april 2001). Tahun 2001 tercatat 450 juta dari 8 miliyar penduduk dunia mengalami gangguan mental dan satu 1 juta diantaranya mengalami neuropsikiatrik, di Indonesia sendiri diperkirakan ada 6 juta orang atau 2,5 %. (kompas, 5 april 2001). Kompleksitas kehidupan modern inilah salah satu penyebab penurunan tingkat produktivitas masyarakat, terutama pada sisi psikologis. Memang pada satu sisi kehidupan modern memberikan tawaran kemudahan dan efisiensi bagi sebagian individu masyarakat, akan tetapi di pada individu yang lain dirasakan sebagai hal yang menyulitkan karena merupakan sebuah tantangan hidup yang berat sehingga perjuangan individu untuk mendapatkan kualitas hidup yang baik semakin sulit.
Masalah-masalah baru maupun lama secara serentak muncul dipermukaan. Fenomena korupsi, konflik horizontal, konflik antara elite politik dan fenomena kenaikan krisis ekonomi seperti kenaikan BBM yang berefek pada kenaikan harga tak henti-hentinya menjadi berita di media massa. Di dunia kriminal juga tidak kalah maraknya, pembunuhan, perkosaan anak dibawah umur, seks bebas serta pencurian dan perampokan, ditambah lagi dengan bencana nasional berupa gempa bumi, banjir, tanah longsor dan bencana-bencana lainnya yang disebabkan oleh eksploitasi alam yang berlebih-lebihan, semua itu seakan menambah tantangan bagi bangsa ini untuk mencapai kemajuan, kemakmuran dan keadilan. Generasi pada zaman ini telah dihadapkan pada tantangan yang sangat besar dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Fenomena-fenomena sosial inilah yang kemudian berpengaruh pada psikologi individu masyarakat sehingga secara tidak sadar akan mempengaruhi kesehatan mental masyarakat.
Dengan kondisi social seperti yang digambarkan di atas maka kemudian pertannyaannya bagaimanakah peran keilmuan psikologi ? untuk menjawab pertanyaan diatas tidaklah sederhana, perlu kajian kajian teoritis mengenai psikoanalisis, behaviorisme, humanisme, serta aliran-aliran psikologi lainnya dan tentunya juga tidak dipandang secara parsial, perlu adanya teori-teori lain yang mendukung untuk penyelesaian persoalan tersebut seperti hukum,  sosiologi, antropologi dan lain sebagainya. Dalam psikologi diakui bahwa manusia adalah mahluk individu dan sekaligus mahluk social, artinya manusia secara kodrati yang satu berbeda dengan manusia yang lain, akan tetapi mereka saling membutuhkan. Dalam diri manusia juga terdapat berbagai aspek yaitu fisik, psikis dan social. Fisik manusia tumbuh secarqa alamiah sesuai dengan pertumbuhan usianya. Pertumuhan fisik ini tanpa perlu dipacu dan siaarkan, namun pada pertumbuhan psikis dan social harus diaarkan kepada manusia. Disinilah arti pentingnya psikologi yang berpriinsip optimis membantu individu agar mampu berkembang sehingga hidupnya menjadi lebih berkualitas.

1 komentar:

  1. The Best Casino & Slot Machines in San Francisco - MapYRO
    This 경산 출장마사지 casino features over 광명 출장마사지 900 slots and 60 table games, with 화성 출장마사지 over 400 progressive jackpot slot machines. Play at or near 춘천 출장마사지 the popular Table Games at 경기도 출장샵 Cafe Casino

    BalasHapus